Sebuah Riset Platform Berbasis AI, LifeVitae: Kewirausahaan Menjadi Karir yang Diunggulkan Di Antara Generasi Muda Indonesia

Sejak awal bulan Desember 2020, LifeVitae secara konsisten telah mengadakan sebuah riset berbasis pengguna di Indonesia dengan mengadakan acara dan workshop yang sejauh ini telah mencapai total peserta mencapai lebih dari 14,000. Setiap minggunya, para pengguna baru di usia 18 – 25 tahun yang pada umumnya adalah mahasiswa dan murid sekolah, atau yang biasa kita sebut Gen Z, bergabung untuk menghadiri lokakarya yang mengangkat tema pengembangan diri dan pembangunan profil.

Hal ini dibuktikan dari sebuah riset oleh LifeVitae, sebuah platform AI-Potential-Analysis, yang menggunakan teknologi AI. Anak – anak muda ini dianalisis berdasarkan karakteristik, minat dan bakat mereka (termasuk untuk passion dan hobi mereka). Riset ini menunjukkan bahwa 52.61% anak muda di Indonesia memiliki ketertarikan pada bidang kewirausahaan sebagai jalan karir mereka. Mereka menunjukkan ketertarikan dan motivasi untuk menjadi pengusaha yang sukses. Hal ini sejalan dengan perkembangan dan tren industri bisnis di Indonesia – di mana pengusaha mulai bermunculan semenjak era 2010 dan telah memberi pengaruh atas harapan anak muda untuk rencana masa depan mereka.

Bangkitnya Kewirausahaan Berbasis Teknologi di Tengah Berkembangnya Perekonomian Indonesia

Sebagai negara dengan penduduk terbanyak kelima di dunia dengan total populasi hampir 260 juta jiwa, Indonesia memiliki generasi muda di mana 50% di antaranya di bawah umur 27 tahun. Lebih dari sepertiga dari generasi muda di negara ini, di antaranya umur 15 sampai 35 tahun, ingin bekerja untuk diri mereka sendiri. Ini mungkin bukan suatu hal yang mengejutkan mengingat serangkaian startup unicorn yang sedang booming akhir-akhir ini – Startup yang telah mencapai valuasi senilai US$1 milyar – yang menginspirasi anak muda.

Business leaders seperti Achmad Zaky, pendiri e-commerce marketplace Bukalapak; Nadiem Makarim, pendiri aplikasi layanan transportasi online Gojek; dan Belva Devara, CEO dan salah satu pendiri startup edukasi berbasis teknologi terbesar di Asia Tenggara, Ruangguru – ketika mereka diusia 30an – telah berhasil mendemonstrasikan bahwa pengusaha muda dapat mengembangkan perusahaan teknologi (startup) yang masih baru menjadi perusahaan bernilai miliaran dolar dalam waktu yang relatif singkat.

Dampak Munculnya Para Pendiri dan CEO Startup pada Gen Z

 Kemunculan pendiri dari beberapa startup yang sangat sukses ini dan para CEO yang telah menginspirasi Gen Z untuk memiliki ketertarikan tinggi dan motivasi terhadap bidang kewirausahaan – di mana mereka dapat membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih maju ke depannya. Umumnya, Gen Z sudah mencoba untuk mengikuti mindset dari para pengusaha sukses ini dengan menjadi terinspirasi dari semua aktivitas yang panutan mereka lakukan. Ini yang membuat riset anak-anak muda berbasis teknologi AI yang dilakukan oleh LifeVitae ini menarik karena ternyata dari semua kategori ini, bidang Kewirausahaan menempati tempat pertama dalam minat para Gen Z sekarang ini.

 Sebuah hal yang tidak mengherankan dan cukup konsisten, Desain Kreatif muncul sebagai kategori minat anak muda yang dominan di peringkat kedua dalam riset yang sama. Ini semakin mendukung premis bahwa di dalam dunia digital pasca Covid yang terjadi begitu cepat, salah satu kunci keahlian yang dibutuhkan adalah desain kreatif, terutama untuk pengusaha pemula. Sebagai lanjutan dari pengaruh COVID yang membuat keadaan terpuruk namun kemudian menjadi naratif yang membangkitkan kesadaran pada dunia kesehatan, bidang Health & Well-Being muncul sebagai kategori tertinggi ketiga di antara anak muda Indonesia berdasarkan riset berbasis AI ini.

Mengenal Lebih Dalam Tentang Karakter Generasi Muda Indonesia

Berdasarkan hasil dari riset lanjutan yang diadakan oleh LifeVitae, Gen Z memiliki beberapa karakteristik yang dapat dikategorisasikan menjadi dua bagian, human skill dan transferable skill , dimana dalam studinya, keahlian yang dapat digunakan dalam dunia kerja yang juga telah dikuasai sebagai ‘Keahlian Utama (Top Strengths)’, dan keahlian yang perlu dikembangkan dan diasah lebih sebagai ‘Keahlian yang Perlu Dikembangkan (Developing Strengths)’.

Di ‘Keahlian Utama (Top Strengths)’, aspek pertama yang muncul paling kuat adalah Emotive, yaitu kemampuan mengelola keadaan emosinya sendiri dalam setiap aktivitas dan kondisi. Di peringkat kedua, aspek Cognitive mendominasi, yaitu kemampuan mereka menggunakan kecerdasan otak untuk menganalisis, melakukan, dan menemukan solusi atas masalah yang ada. Kedua keahlian ini tentunya sangat berguna bagi Gen Z dalam memahami bagaimana cara dunia bekerja.

 Terlebih lagi, di dalam ‘Keahlian yang Perlu Dikembangkan (Developing Strengths)’, aspek pertama yang perlu dielaborasi lebih lanjut adalah Interactive atau kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif dan efisien dalam memahami satu sama lain. Biasanya, kemampuan ini tidak digunakan dalam komunikasi atau interaksi langsung – karena sebagian besar aktivitas sekarang sudah mengalami perubahan menjadi digital, sebagai akibat dari pandemi ini. Aspek kedua yang perlu dikembangkan adalah Motive atau kemampuan untuk menjadi bersemangat dan termotivasi dalam melaksanakan kegiatan termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Riset ini menunjukkan bahwa Gen Z tentunya memiliki motivasi dan passion yang tinggi, namun terkadang mereka mungkin bingung untuk memulai dan bagaimana cara mereka melakukannya. Mereka juga kadang memiliki kecenderungan untuk memiliki ketertarikan yang singkat pada satu hal, cepat bosan dan kemudian mengganti kesibukan dalam waktu yang cepat. 

8071cookie-checkSebuah Riset Platform Berbasis AI, LifeVitae: Kewirausahaan Menjadi Karir yang Diunggulkan Di Antara Generasi Muda Indonesia

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *